Gelombang Demonstrasi Terbesar Bulan Ini
Jakarta, 28 Agustus 2025 – Aksi unjuk rasa menolak kenaikan tunjangan anggota DPR RI kembali mengguncang ibu kota. Ribuan mahasiswa, buruh, dan masyarakat sipil tumpah ruah di depan Gedung DPR/MPR, menjadikan aksi hari ini sebagai salah satu yang terbesar dalam bulan ini.
Dari pantauan lapangan, massa aksi tidak hanya datang dari Jakarta, tetapi juga dari Depok, Bogor, Bekasi, hingga Bandung. Mereka bersatu dalam satu tuntutan: membatalkan kebijakan kenaikan tunjangan DPR yang dinilai sebagai bentuk ketidakadilan sosial.
Simbol Perlawanan Rakyat
Massa aksi membawa berbagai simbol protes. Mahasiswa mengenakan almamater kampus, buruh membawa bendera serikat, sementara masyarakat sipil mengibarkan poster bertuliskan sindiran, seperti:
- “Rakyat Susah, DPR Foya-foya”
- “Gaji DPR Naik, Harga Sembako Ikut Naik?”
- “Hidup Rakyat, Bukan Hidup Elit”
Beberapa aksi teatrikal juga digelar, termasuk drama satir yang menggambarkan anggota DPR tidur di kursi empuk dengan uang rakyat berserakan di sekelilingnya. Aksi ini sontak menarik perhatian warga sekitar dan viral di media sosial.
Reaksi di Dunia Maya
Di Twitter/X, tagar #DPRTidakPeka dan #TurunkanPrivilege menjadi trending topic nasional. Video demonstrasi yang memperlihatkan orasi keras mahasiswa disertai yel-yel perlawanan tersebar luas, menambah gelombang dukungan moral dari warganet.
Banyak netizen menilai aksi ini mencerminkan “amarah rakyat” yang selama ini terpendam akibat krisis ekonomi dan kebijakan elit politik yang tidak pro-rakyat.
Suara Pemerintah dan DPR
Hingga sore, pihak DPR belum memberikan pernyataan resmi. Namun, beberapa anggota DPR dari oposisi ikut menyuarakan kritik. Salah satunya menyebut, “kenaikan tunjangan di saat rakyat kesulitan adalah blunder politik yang bisa merusak citra institusi.”
Di sisi lain, pemerintah pusat mengimbau masyarakat tetap menjaga ketertiban, sembari membuka kemungkinan untuk meninjau ulang kebijakan tersebut jika situasi terus bergejolak.
Dampak Sosial-Politik
Pengamat politik dari LIPI menilai aksi ini bisa menjadi momentum konsolidasi gerakan rakyat. “Jika mahasiswa dan buruh terus bersatu, maka DPR dan pemerintah tidak bisa mengabaikan suara publik,” ujarnya.
Selain itu, dampak jangka panjang dari aksi ini bisa memengaruhi kepercayaan publik terhadap institusi legislatif. Bila tuntutan tidak digubris, legitimasi DPR sebagai wakil rakyat akan semakin dipertanyakan.
Kesimpulan
Aksi hari ini bukan sekadar protes spontan, melainkan akumulasi dari rasa frustrasi publik terhadap kebijakan elit politik. Dengan jumlah massa yang terus membesar, Jakarta benar-benar diguncang oleh gelombang perlawanan rakyat yang menuntut keadilan sosial.