Aliansi Dua Kekuatan Sosial
Jakarta, 28 Agustus 2025 – Sejarah kembali tercipta di jalanan ibu kota. Mahasiswa dan buruh, dua kekuatan sosial yang kerap bergerak sendiri-sendiri, kini bersatu dalam satu barisan menolak kenaikan tunjangan DPR. Di depan Gedung DPR RI, Senayan, mereka meneriakkan satu suara lantang: “Turunkan elit koruptor!”
Solidaritas ini jarang terjadi dalam dua dekade terakhir. Biasanya, mahasiswa fokus pada isu demokrasi dan kebebasan sipil, sementara buruh menyoroti isu upah dan kesejahteraan pekerja. Namun kali ini, keduanya menemukan musuh bersama: praktik politik yang dianggap serakah dan tidak berpihak pada rakyat.
Suasana Aksi Bersama
Sekitar pukul 15.00 WIB, ribuan buruh berbaris di Jalan Gatot Subroto bergabung dengan massa mahasiswa yang lebih dulu hadir. Aksi gabungan ini memunculkan pemandangan luar biasa: bendera serikat buruh berkibar berdampingan dengan almamater mahasiswa.
Mereka kompak menyanyikan lagu perjuangan “Buruh Tani Mahasiswa” yang menggema di tengah teriknya matahari. Orasi dilakukan bergantian oleh pimpinan serikat buruh dan aktivis mahasiswa, menekankan pentingnya persatuan lintas sektor.
“Ini bukan lagi sekadar perjuangan upah atau kampus. Ini perjuangan rakyat melawan elit yang hanya memikirkan perutnya sendiri!” teriak salah satu orator mahasiswa.
Tuntutan yang Disuarakan
Aliansi mahasiswa–buruh mengeluarkan tiga tuntutan utama:
- Membatalkan kenaikan tunjangan DPR.
- Menindak tegas praktik korupsi dan gaya hidup hedon elit politik.
- Membuka ruang dialog publik antara DPR, mahasiswa, dan buruh.
Selain itu, mereka juga menuntut transparansi anggaran DPR yang selama ini dianggap tidak jelas penggunaannya.
Dampak dan Respon Publik
Di media sosial, momen persatuan mahasiswa dan buruh ini menjadi viral. Video mereka bernyanyi bersama, mengibarkan bendera, dan berpelukan di tengah aksi mendapat jutaan tayangan. Netizen menyebut aksi ini sebagai “revival spirit 1998” karena mengingatkan pada momen sejarah jatuhnya Orde Baru.
Sementara itu, pihak DPR mulai merasakan tekanan. Beberapa anggota DPR dari partai oposisi menyarankan pimpinan DPR membuka pintu dialog sebelum situasi semakin tidak terkendali.
Analisis Politik
Pengamat politik dari Universitas Paramadina menilai persatuan mahasiswa dan buruh adalah “ancaman politik paling serius” bagi DPR saat ini.
“Jika gerakan ini berlanjut, ia bisa menjadi gelombang perubahan politik yang tidak hanya berhenti pada isu tunjangan, tetapi juga menyasar reformasi struktural,” katanya.
Selain itu, kehadiran dua kelompok besar ini memperbesar legitimasi moral gerakan, membuat aparat keamanan lebih sulit menjustifikasi tindakan represif.
Kesimpulan
Persatuan mahasiswa dan buruh dalam aksi 28 Agustus menandai babak baru perlawanan rakyat terhadap elit politik. Dengan tuntutan yang jelas dan dukungan publik yang masif, tekanan terhadap DPR semakin kuat. Pertanyaan besar kini adalah: apakah elit politik akan bergeming, atau akhirnya membuka ruang kompromi?